PERSONAL MANAGEMENT
(STRESS
MANAGEMENT, CONFLICT MANAGEMENT & WISDOM MANAGEMENT)
I.
PENGANTAR
Personal Management merupakan bagian dari proses
character building yang harus dimiliki seluruh komponen bangsa, terutama
generasi muda sebagai calon pemimpin
masa depan. Kehancuran suatu bangsa tidak lepas dari adanya ketidakmampuan
seseorang mengelola stress dan konflik yang menimpa setiap individu. Stress dan
konflik akan selalu menghadang siapapun, kapan dan dimanapun, apalagi ditengah
persaingan global seperti sekarang ini.
Dalam
konteks ini, Gerakan Pramuka memiliki tanggung jawab moral untuk membentengi
peserta didiknya agar memiliki personal management yang tangguh, sehingga kelak
akan menjadi pribadi yang tegar, tabah, sabar, ulet, bahkan bijaksana dalam
mengambil keputusan sesuai dengan kode kehormatan.
II. MATERI POKOK
STRESS MANAGEMENT
PENGERTIAN STRESS
Menurut Kozier (1989): Stress adalah segala sesuatu yang memberi dampak secara
total terhadap individu meliputi fisik, emosi, social, spiritual.
Menurut Dadang Hawari (2000): Stress adalah suatu bentuk ketegangan yang mempengaruhi
fungsi alat-alat tubuh
Menurut Dafis(1988): Stress adalah realitas kehidupan setiap hari yang tidak
dapat dihindari yang disebabkan oleh perubahan yang memerlukan
penyesuaian
SUMBER STRESS:
- Stress dari faktor lingkungan. Dalam pengertian ini, stress merupakan
akibat dari sesuatu yang eksternal dari diri orang itu sendiri.
- Stress dilihat dari respon subjektif seseorang. Dalam pengertian ini,
stress merupakan sesuatu yang internal dalam diri manusia. Seseorang dapat membuat
stress tersebut menjadi hal yang baik maupun buruk.
- Stress berdasarkan fisiologis yang terjadi.
JENIS STRESS
- Stress positif (eustress): merupakan stress yang tidak berdampak buruk
pada orang yang mengalaminya. Eustress dapat mendorong seseorang untuk
meningkatkan kemampuan beradaptasinya. Pada saat mengalami eustress,
berubah menjadi distress, yang tentunya merugikan performa seseorang dapat
menjadi lebih optimum. Jika stress berkelanjutan, maka eustress ini dapat
bagi orang yang bersangkutan.
- Stress negative (distress): dapat menimbulkan dampak-dampak
yang negatif pada seseorang, seperti sakit, daya tahan tubuh menurun,
kesulitan konsentrasi, ataupun masalah-masalah lainnya.
PENYEBAB STRESS
(STRESSOR)
1.
Stressor Bioekologis:
- Bioritme adalah ritme-ritme tubuh manusia.
Salah satu ritme tubuh manusia tersebut adalah ritme circadian,
yaitu ritme tubuh manusia dimana tekanan darah, temperature dan beberapa
substansi dalam tubuh manusia dapat meningkat dan menurun secara teratur
seiring berjalannya waktu.
- Kebiasaan makan dan minum juga dapat menjadi
stressor. Makan
makanan yang tidak sehat dapat memicu penyakit dan membuat orang mudah
stress.
- Obat-obatan. Orang yang mengalami stress seringkali lari ke alkohol, rokok, ataupun
narkoba.
- Polusi udara. Polusi udara dapat
menstimulasi system saraf simpatetis, menimbulkan perasaan tidak senang,
dan mengganggu aktifitas.
- Iklim dan keadaan
lingkungan.
Perubahan cuaca memaksa proses tubuh manusia berubah. Perubahan ini
terkadang membuat seseorang stress karena sulit menyesuaikan diri. Bencana
alam juga dapat menjadi stressor yang kuat. Setelah terjadinya suatu
bencana, biasanya ada orang-orang yang terganggu secara fisik maupun
psikologis. Bencana yang besar dapat menyebabkan seseorang kehilangan
harta, keluarga, dan lain-lain yang membuat hidupnya berubah total.
Kejadian-kejadian seperti itu dapat menyebabkan depresi, ataupun upaya
bunuh diri.
2.
Stressor psikososial:
- adaptasi, hal yang paling menyebabkan
stress adalah kematian pasangan, kemudian dilanjutkan dengan perceraian,
dan seterusnya hingga terakhir pelanggaran hukum ringan. Salah satu hal
yang dapat membuat seseorang lebih kuat dalam menghadapi stress adalah perceived
control, yaitu keyakinan bahwa seseorang dapat mempengaruhi lingkungan
dalam menentukan pengalaman positif ataupun negative yang dialami orang
tersebut .
- frustrasi, Frustrasi dialami seseorang ketika kesempatannya mencapai tujuan
terhambat. Frustrasi dapat terjadi
karena padatnya stimulus yang harus diterima (overcrowding), karena
diskriminasi, kondisi sosial ekonomi, dan birokrasi yang berlarut-larut.
- overload, Overload tersebut
dapat terjadi pada pekerjaan (occupation overload), bidang pendidikan
(academic overload), pekerjaan rumah sehari-hari (domestic overload), dan
kehidupan kota besar (Urban overload).
- deprivasi Deprivasi relatif adalah
perbedaan apa yang kita inginkan dengan apa yang kita dapatkan
3.
Stressor kepribadian
Contohnya kepribadian tipe A.
Kepribadian
tipe A adalah kepribadian dimana orang yang bersangkutan selalu merasa
dikejar-kejar waktu. Kepribadian seperti ini dapat menimbulkan stress karena
setiap kejadian dalam hidupnya dapat dianggap sebagai sesuatu yang menghambat
dan ketika keinginan terhambat, maka terjadilah frustrasi.
Tipe
kepribadian lain yang juga mudah mengalami stress adalah depression prone
personality. Orang-orang dengan tipe kepribadian ini mudah (rawan) depresi
jika bertemu dengan stressor. Gangguan yang biasa dialami oleh orang-orang
seperti ini adalah jumlah tidur yang menjadi sangat banyak dan aktivitas
sehari-hari yang terganggu saat depresinya muncul.
Konsep diri
dapat memicu stress. Orang
yang memiliki konsep diri yang buruk, dimana orang yang bersangkutan seringkali
berbicara pada dirinya sendiri mengenai hal-hal buruk tentang dirinya sendiri,
mudah mengalami stress.
Kepribadian
cemas reaktif dapat menimbulkan stress bagi orang yang bersangkutan.
Orang yang memiliki kecemasan cukup parah akan cenderung menunjukan kecemasan
terus menerus walaupun stressor sudah berlalu. Orang dengan kepribadian seperti
ini juga seringkali memandang stressor sebagai ancaman yang lebih besar
daripada ancaman yang sebenarnya.
Kebutuhan seseorang akan kontrol
dapat mempengaruhi tingkat stress seseorang. Orang yang kehilangan
kontrol dapat mengalami stress yang berat. Semakin seseorang yakin dapat
mengontrol situasi, semakin orang tersebut terhindar dari stress. Self-efficacy
yang tinggi dapat mengurangi masalah pada kebutuhan akan kontrol ini. Self
efficacy itu sendiri merupakan keyakinan seseorang bahwa segala kemampuannya
dapat mempengaruhi hasil dari segala sesuatu yang ingin dicapainya.
PELUANG
PENANGANAN STRESSOR
- Stressor yang penanganannya
hanya membutuhkan sedikit upaya seperti misalnya kebiasaan belajar; waktu
bangun pagi, diet, dst dimana upaya menanganinya dengan cara mengubah
kebiasaan, membiasakan kebiasaan baru, maka dalam waktu satu-dua minggu
dapat berubah.
- Stressor yang untuk
menanganinya membutuhkan upaya yang lebih sungguh-sungguh, seperti contohnya
soal kepercayaan diri, persoalan hubungan, dst, dimana diperlukan bantuan
teknikal untuk menanganinya, seperti ‘percakapan kalbu’, skill komunikasi,
manajemen konflik, dst.
- Stressor yang memang tidak
dapat ditangani sepeti kematian orang yang dikasihi. Maka penanganannya,
perlu belajar berdamai dengan diri menerima kenyataan tersebut, lalu
diatasi dengan relaksasi, dan upaya spiritual.
INDIKASI/GEJALA STRESS
(a) gejala
fisiologik, antara lain : denyut jantung bertambah cepat, banyak
berkeringat (terutama keringat dingin), pernafasan terganggu, otot terasa
tegang, sering ingin buang air kecil, sulit tidur, gangguan lambung, dst
(b) gejala
psikologik , antara lain : resah, sering merasa bingung, sulit
berkonsentrasi, sulit mengambil keputusan, tidak enak perasaan, atau perasaan
kewalahan (exhausted) dsb
(c ) Tingkah
laku, antara lain : berbicara cepat sekali, menggigit kuku,
menggoyang-goyangkan kaki, gemetaran,
berubah nafsu makan (bertambah atau berkurang).
MEKANISME TERJADINYA STRESS
Secara sederhana
stress dapat digambarkan sebagai berikut:
![](file:///C:/Users/acer/AppData/Local/Temp/msohtmlclip1/01/clip_image003.gif)
![](file:///C:/Users/acer/AppData/Local/Temp/msohtmlclip1/01/clip_image004.gif)
![](file:///C:/Users/acer/AppData/Local/Temp/msohtmlclip1/01/clip_image004.gif)
![](file:///C:/Users/acer/AppData/Local/Temp/msohtmlclip1/01/clip_image005.gif)
![](file:///C:/Users/acer/AppData/Local/Temp/msohtmlclip1/01/clip_image006.gif)
![](file:///C:/Users/acer/AppData/Local/Temp/msohtmlclip1/01/clip_image007.gif)
Hubungan Peran STRESS Fisiologik
![](file:///C:/Users/acer/AppData/Local/Temp/msohtmlclip1/01/clip_image008.gif)
Organizational
Psychological
![]() |
![](file:///C:/Users/acer/AppData/Local/Temp/msohtmlclip1/01/clip_image010.gif)
![](file:///C:/Users/acer/AppData/Local/Temp/msohtmlclip1/01/clip_image011.gif)
Stressor Eksternal Individual
Diagram 1: Mekanisme Stress
Persepsi Tekanan dan Daya Tahan.
Stress baru nyata dirasakan apabila keseimbangan diri tergangu. Artinya
kita baru mengalami stress manakala kita mempersepsi tekanan dari stressor
melebihi daya tahan yang kita miliki untuk menghadapi tekanan tersebut. Jadi
selama kita memandang diri kita masih bisa menahankan tekanan tersebut (yang
kita persepsi lebih ringan dari kemampuan kita menahannya) maka cekaman stress
belum nyata. Akan tetapi apabila tekanan tersebut bertambah besar (dari
stressor yang sama atau dari stressor lain secara bersamaan) cekaman menjadi
nyata, kita kewalahan dan merasakan stress.
![](file:///C:/Users/acer/AppData/Local/Temp/msohtmlclip1/01/clip_image012.gif)
![](file:///C:/Users/acer/AppData/Local/Temp/msohtmlclip1/01/clip_image013.gif)
![](file:///C:/Users/acer/AppData/Local/Temp/msohtmlclip1/01/clip_image014.gif)
![]() |
|||
![]() |
|||
Diri `
![]() |
|||||||||||
![]() |
|||||||||||
![]() |
![]() |
||||||||||
![]() |
|||||||||||
![]() |
|||||||||||
Persepsi Daya Tahan
Diagram 2: Persepsi Individual atas
tekanan dan daya tahan
DAMPAK AKIBAT STRESS
Dampak
Fisiologik : Secara umum orang yang mengalami stress mengalami sejumlah
gangguan fisik seperti : mudah masuk angin, mudah pening-pening, kejang otot
(kram), mengalami kegemukan atau menjadi kurus yang tidak dapat dijelaskan,
juga bisa menderita penyakit yang lebih serius seperti cardiovasculer,
hypertensi, dst.
Dampak Psikologik:
• Keletihan emosi, jenuh, penghayatan
ini merupakan tanda pertama dan punya peran sentral bagi terjadinya ‘burn –
out’
• Terjadi ‘depersonalisasi’; Dalam
keadaan stress berkepanjangan, seiring dengan kewalahan /keletihan emosi, kita
dapat melihat ada kecenderungan yang bersangkutan memperlakuan orang lain
sebagai ‘sesuatu’ ketimbang‘sesorang’.
• Pencapaian pribadi yang bersangkutan
menurun, sehingga berakibat pula menurunnya rasa kompeten & rasa sukses
Dampak Perilaku
• Manakala stress menjadi distress,
prestasi belajar menurun dan sering terjadi tingkah laku yang tidak diterima
oleh masyarakat. Level stress yang cukup tinggi berdampak negativ pada
kemampuan mengingat informasi, mengambil keputusan, mengambil langkah tepat.
• Pramuka yang ‘over-stressed’ ~
stress berat seringkali banyak membolos atau tidak aktif mengikuti kegiatan/
latihan.
STRATEGI MENANGANI STRESS
MENURUT ISLAM
Sabar
Jika stress menghadapi masalah yang sukar diputuskan “salah atau
benarnya sesuatu“ maka Al-Quran memberi petunjuk “ fa shabrun jamil “ (
Maka bersabar itu lebih indah ). Dan hanya kepada Allah tempat memohon
pertolongan. (QS. Yusuf :18)
وَجَاءُوْ
عَلَى قَمِيْصِهِ بِدَمٍ كَذِبٍ قَالَ
بَلْ سَوَّلَتْ لَكُمْ أَنْفُسُكُمْ أَمْرًا
لإَصَبْرٌ جَمِيْلٌ وَاللهُ
الْمُسْتَعَانُ عَلَى مَا تَصِفُوْنَ
(يوسف: ١٨)
18. Mereka datang membawa baju gamisnya
(yang berlumuran) dengan darah palsu. Ya'qub berkata: "Sebenarnya dirimu
sendirilah yang memandang baik perbuatan (yang buruk) itu; Maka kesabaran yang
baik Itulah (kesabaranku). dan Allah sajalah yang dimohon pertolongan-Nya
terhadap apa yang kamu ceritakan."
Dzikrullah:
Mengingat Allah (dzikrullah)
termasuk dapat mengatasi stres. Dengan mengingat dan mengembalikan segalanya
dari dan untuk Allah, maka stres akan dapat diatasi, sesuai Al-Quran, “tathmain al-qulub“
(Mengingat Allah, hati akan tenang) (QS. Al-Ra’d 28 ).
أَلَّذِيْنَ
ءَامَنُوْ وَتَطْمَئِنُّ قُلُوْبُهُم بِذِكْرِاللهِ أَلاَ بِذِكْرِاللهِ تَطْمَئِنُّ
الْقُلُوْبُ (الرعد : ٢٨ )
(yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka manjadi tenteram dengan
mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingati Allah-lah hati menjadi
tenteram.
ٍShalat:
وَاسْتَعِيْنُوْابِالصَّبْرِ
وَالصَّلَوةِ وَإِنَّهَا لَكَبِيْرَةٌ
إِلاَّ عَلَى الْخَاشِعِيْنَ (البقرة: ٤٥)
Jadikanlah sabar dan shalat sebagai
penolongmu. dan Sesungguhnya yang demikian itu sungguh berat, kecuali bagi
orang-orang yang khusyu',
Optimisme:
Meyakini kebenaran ayat Al-Quran yang
berbunyi “inna ma’al usri yusra (Sesungguhnya setelah kesulitan, ada
kemudahan. Setelah kesulitan, ada kemudahan). (Q.S. Al-Insyirah: 5-6 ).
Menurut ulama tafsir, karena kata kesulitan
(Al-usri), menggunakan “al” dan kemudahan (Yusra) tidak
menggunakan “al “ , itu artinya kesulitan itu cuma satu macam, tapi ada
beberapa solusi kemudahan. Berarti dua alternative kemudahan dalam satu
kesulitan. Misalnya berkonsultasi dengan dokter mencari pengobatan lahir dan
batin ialah menggunakan petunjuk Al-Qur’an sebagai Syifa’.
Qona’ah, Iffah dan Syukur
Qana'ah adalah merasa cukup dengan apa yang telah
diterima dari Allah SWT : 'iffah
berarti suci, jauh dari sifat yang tidak baik, dan menahan diri dari
meminta kepada sesama manusia.
Di antara teknis menanamkan jiwa qana’ah
adalah ”memandang kepada orang yang berada di bawahnya (lebih miskin darinya
dalam urusan dunia), agar ia menyadari nikmat Allah kepadanya”. Sebagaimana di
sebutkan dalam hadits:
اُنْظُرُوْا
إِلَى مَنْ أَسْفَلَ مِنْكُمْ وَلاَتَنْظُرُوْا إِلَى مَنْ هُوَ فَوْقَكُمْ فَهُوَ
أَجْدَرُ أَنْ لاَتَزْدِرُوْا نِعْمَةَ اللهِ عَلَيْكُمْ
“Perhatikanlah kepada orang yang di bawah kamu (dalam urusan dunia) dan
janganlah kamu memperhatikan kepada orang yang di atasmu. Maka ia lebih pasti
bahwa kamu tidak menghinakan nikmat Allah
kepadamu.”
Sifat qana'ah adalah merupakan gambaran syukur dan ridha
yang tertinggi:
وَكُنْ
قَنِعًا تَكُنْ أَشْكَرَ النَّاسِ
"Dan jadilah engkau orang yang
bersifat qana'ah, niscaya engkau menjadi manusia paling bersyukur."
MENGHINDARI STRESS
- Mengeluarkan energi positif, yaitu
optimis dalam menghadapi setiap permasalahan. Jangan terlalu keras
terhadap diri sendiri. Bahwa setiap rencana, ada hambatan tapi ada juga
solusi. Sebab itu, harus bersikap lebih fleksibel, sehingga dapat
menikmati hidup.
- Menjaga kesehatan. Dengan cara olahraga
yang teratur, tidur yang cukup dan mengkonsumsi makanan yang bergizi. Olahraga dapat membuat manusia nyaman. Makanan
bergizi membangkitkan vitalitas hidup. Sebab itu Islam memerintahkan
mengkonsumsi halalan thayiban atau yang bergizi.
- Banyak minum air putih, terutama saat
diambang kemarahan. Air putih, dapat menenangkan perasaan, dan berpikir
lebih jernih. Rasulullah menganjurkan kalau marah, hendaklah berwudu dan
mendinginkan badan (HR.Muslim).
- Meluangkan waktu sedikit, untuk setiap
minggu, keluar dari rutinitas, dengan berkumpul bersama keluarga. Atau
berkunjung kepada teman-teman. Nabi mengajarkan ”hubungkan silaturahim,
sebab dapat menambah rezeki dan memperpanjang umur” (HR.Muslim).
- Meningkatkan rasa humor. Nabi SAW dan
teman-temannya juga menikmati humor, bermain dan olahraga. Hal ini
memungkinkan mereka untuk bersantai baik secara fisik dan mental, dan
membantu mereka secara rohani. Ali bin Abi Thalib r.a.
berkata, "Fikiran lelah, seperti halnya badan, jadi tolong
perlakukan mereka dengan humor." Demikian pula, Abu al-Darda
r.a berkata, "Aku menghibur hatiku dengan sesuatu yang
sepele dalam rangka untuk membuatnya lebih kuat dalam
pelayanan kebenaran. "
- Istirahat siang; keutamaan istirahat siang
adalah untuk relaksasi tubuh sehingga membuat tubuh lebih santai dan
membantu tidur pada malam hari menjadi lebih baik. Hal ini dapat
dipraktekkan dengan berbaring selama waktu tertentu untuk istirahat
santai, bukan tidur sepanjang siang. Waktu yang dianjurkan antara 15-20
menit
- Posisi tidur; Rasulullah SAW bersabda:
“Apabila kamu ingin ke tempat tidur, berwudhulah terlebih dahulu
sebagaimana kamu berwudhu untuk sholat. Kemudian berbaringlah di atas
lambung kanan”. Dalam hal ini, wudhu membuat tubuh segar, bersih dan siap
istirahat. Posisi miring ke kanan merupakan posisi yang membuat tubuh
dapat berpindah dari satu sisi ke sisi lain dengan lebih mudah tanpa
melakukan gerakan besar yang dapat mengurangi kenyamanan waktu tidur.
- Bersedekah; kehidupan yang serba
materialistik dan indivudualis banyak melahirkan gangguan mental. Berawal
dari kecemasan akan kepemilikan harta benda, status sampai ke penampilan
akhirnya berujung pada depresi hingga gangguan jiwa. Terapi terbaik adalah
dengan tidak menjadikan harta sebagai Tuhan dan kebebasan individu sebagai
raja dan melatih diri untuk bersedekah.
DAFTAR PUSTAKA
Abu Daud, Shahih Sunan Abu
Daud, kitab zakat, bab ke-24, no. 1435/1629.
Abul Abbas Ahmad
Muhammad Zaruz, Qawa'idus Shufiyyah, tahqiq Muhammad Zuhri An-Najjar
(Kairo: Maktabatul Kulliyyatil Azhariyyah, 1396 H/1986 M), cet. II,.
Ariyanto
D. 2006. Psikoterapi dengan Doa. Jurnal Suhuf vol XVIII no 1
Aronson, Elliot, Wilson, Timothy D., & Akert, Robin M. (. Social
Psychology (4th ed.). (New Jersey: Prentice Hall, 2004).
Ath-Thusi, Al-Luma'
Girdano, Daniel A.,
Dusek, Dorothy E., & Everly, George S. Controlling Stress and Tension
(7th ed.). (San Fransisco: Pearson Education, Inc., 2005)
Hambal, Imam Ahmad bin, Musnad Ahmad, Hadits ke 8595
Hawari, Dadang,. Dimensi Religi dalam Praktek
Psikiatri. (Jakarta: Fakultas Kedokteran UI, 2002)
Isa, Dr. Abdul Qodir , Haqoiq
‘an al-Tasawuf,
Jauziyah, Ibnu
al-Qayyim Al-, Al-Dâ’ wa al-Dawâ’ (Kairo: Dar al-Hadits, 1992)
Khazandar, Mahmud Muhammad al-, Shifat al- Qanâ’ah wa
al-‘Iffah, (Riyad: al-Maktabat al-Ta’awuni lida’wati wa taw’iyat a-jaliyyat
bi al-rabwati, 2008).
Langgulung, Hasan,
Teori-teori Kesehatan Mental (Jakarta: Pustaka al-Husna, 1986)
Lings, Martin, What is Sufism? Membedah
Tasawuf (Jakarta: Pedoman Ilmu Jaya, 1987)
Qusyairi, Al-, Ar-Risalah
Al-Qusyairiyyah, jld. II
Razi, Al-, Pengobatan Ruhani, Terj. MS.
Nasrullah dan Hilman (Bandung: Mizan, 1994)
Shahih Muslim, kitab
zakat, bab ke-35, no. 1041.
Rice, Philip L., Stress
and Health (2nd ed.). (California: Wadsworth, Inc. 1992)
Sina, Ibnu, Al-Syifâ’
al-Ilâhi (t.tp., Le Cairo, 1966).
Syaraf,
Muhammad Jalal dan Abdurrahman Isawi, Saikologiât al-Hayât al-Rûhiyat
fi al-Masihiyat wa Al-Islâm (Iskandariyah: Al-Ma’arif, 1972)
Wortman, Cammile B., Loftus, Elizabeth F., & Weaver, Charles. Psychology
(5th ed.). (New York: McGraw Hill, 1999)
Zakiah Daradjat, Kesehatan Mental, Peranannya Dalam
Pendidikan dan Pengajaran (Jakarta: IAIN, 1978)
MANAJEMEN
KONFLIK
Ø
Perbedaan-perbedaan di antara orang-orang adalah lumrah dan alami
Ø
Perbedaan-perbedaan : pendapat, tujuan, kebutuhan, keinginan, kebiasaan,
nilai, interpretasi atas fakta, dan
sebagainya
Ø
Perbedaan-perbedaan itu merupakan
sumber konflik
Ø
Konflik antar anggota organisasi tidak dapat dihindari, walau usaha-usaha
integrasi sudah dilaksanakan secara optimal.
Ø
Ciri kelompok yang sudah matang: mempunyai kemampuan dan kemauan dalam
mengangkat konflik yang latent ke permukaan untuk dibicarakan agar dapat
memberikan alternatif solusi.
Ø
Konflik berpotensi destruktif, sehingga harus dikelola dengan
baik, meskipun tidak mungkin dapat dihilangkan
Definisi Konflik:
·
Ketidaksesuaian atau perbedaan antara tujuan-tujuan yang ingin dicapai
atau metoda yang digunakan untuk mencapai tujuan tersebut (Davis dan Newstrom)
·
Konflik terjadi bila seseorang atau suatu kelompok mempunyai dua atau
lebih kebutuhan/keinginan yang tak dapat dipenuhi secara bersamaan (McCarty
dan Stone)
Pandangan Tentang Konflik:
l
Traditional View : Konflik harus dihindari karena bersifat negatif.
l
Human Relations View : Konflik
bersifat alamiah dan tidak dapat dielakkan serta bukan sesuatu yang negatif,
bahkan punya potensi yang positif.
l
Interactionist Approach : Konflik
justru harus didorong, sebab suatu kelompok yang harmonis, damai, tenteram, dan
kooperatif cenderung menjadi statis, apatis, dan tidak tanggap terhadap
kebutuhan akan perubahan dan inovasi.
HUBUNGAN ANTARA
TINGKAT KONFLIK DENGAN KINERJA
ORGANISASI
![]() |
JENIS-JENIS
KONFLIK
Berdasarkan Sifatnya:
- Konflik Realistik : Terjadi karena adanya perbedaan/pertentangan
kebutuhan, tujuan, nilai, kepentingan, peran, atau cara kerja.
Di antara mereka terlibat suatu perbedaan yang nyata.
- Konflik Nonrealistik : Terjadi karena adanya
perbedaan persepsi terhadap suatu fakta. Sumbernya berasal dari
ketidaktahuan, kesalahan, tradisi, prasangka, permusuhan, struktur
organisasi yang tidak jelas, ketegangan, dan persaingan kalah-menang.
Berdasarkan orang yang
terlibat:
- Konflik Antarpribadi : Sangat
dipengaruhi oleh emosi. Bersumber dari kebutuhan melindungi citra diri (self-image)
dan harga diri (self-esteem) dan dipicu oleh kegagalan komunikasi
dan perbedaan persepsi.
- Konflik Antarkelompok :Terjadi karena
perbedaan pandangan, loyalitas kelompok, dan persaingan dalam memperoleh
sumber daya yang terbatas.
Berdasarkan Kemanfaatannya
o
Konflik Fungsional : Konflik yang dapat mendukung tercapainya tujuan organisasi dan meningkatkan kinerja kelompok.
o
Konflik Disfungsional : Konflik yang menghambat
kinerja kelompok.
PENYEBAB
TERJADINYA KONFLIK
Faktor Organisasional
Faktor Organisasional
- Persaingan memperoleh sumber daya
organisasi yang terbatas.
- Ketidakjelasan tanggung jawab dan
wewenang.
- Pengaruh dari saling ketergantungan (interdependensi).
Orang akan cenderung menyalahkan unit ,
kelompok atau individu lain dalam suatu kerja sama yang saling tergantung.
- Ketidakadilan sistem kompensasi.
- Perasaan superior antarunit atau kelompok
Faktor Antarpribadi:
•
Perasaan iri hati atau dendam.
•
Salah anggapan terhadap perilaku orang lain. Orang yang merasa
kepentingannya dihalangi orang lain menganggap orang itu telah dengan sengaja
berbuat demikian; walaupun sebenarnya belum tentu.
•
Praktek komunikasi yang buruk.
•
Suatu kritik yang tidak tepat; walaupun maksudnya baik.
•
Ketidakpercayaan, kecurigaan, dan prasangka.
•
Karakteristik pribadi. Orang yang berkepribadian antagonistik,
dan atau cepat tersinggung cenderung mudah terlibat konflik.
METODA-METODA MANAJEMEN
KONFLIK (1)
Metoda Stimulasi Konflik
- Kondisi :
- Konflik terlalu rendah mengakibatkan
para karyawan takut berinisiatif dan menjadi pasif.
- Terjadi toleransi tinggi terhadap kelemahan
dan kejelekan pelaksanaan kerja.
- Metoda Yang Digunakan :
- Memasukkan orang luar ke dalam kelompok
- Reorganisasi
- Mendorong persaingan dengan menawarkan
bonus, insentif, dan memberikan penghargaan
- Memilih manajer-manajer yang tepat.
- Perlakuan yang berbeda dari kebiasaan
Metoda Pengurangan Konflik
(2)
- Kondisi :
- Terjadi antagonisme akibat
adanya konflik.
- Tingkat konflik terlalu tinggi, maka
perlu “pendinginan”.
- Metoda Yang Digunakan :
·
Mengganti tujuan yang menimbulkan persaingan dengan tujuan yang lebih
dapat diterima kedua kelompok.
·
Menciptakan “musuh” atau “ancaman” yang sama bagi kelompok yang
bertentangan.
Metoda Penyelesaian Konflik
Kondisi
:
Konflik secara umum telah terjadi dan perlu segera
diselesaikan.
Metoda Yang digunakan :
- Dominasi dan Penekanan:
o
Kekerasan
(forcing): penekanan otokratik.
o
Penenangan
(smoothing): dengan cara lebih diplomatis.
o
Penghindaran (avoidance): manajer menghindar untuk mencari posisi yang tegas.
o
Aturan Mayoritas (majority rule): melalui voting.
- Kompromi :
o
Pemisahan (separation):
masing-masing dilerai.
o
Perwasitan (arbitration):
diundang pihak ketiga.
o
Kembali ke peraturan: peraturanlah yang memberi vonis bagi yang benar dan salah.
o
Penyuapan (bribing):
salah satu pihak menerima kompensasi untuk mau mengalah.
§ Pemecahan Masalah Integratif
:
·
Konsensus:
kesepakatan menyelesaikan konflik dan bukannya mencari menang-kalah atau
benar-salah.
·
Konfrontasi: masing-masing berargumentasi untuk mencari siapa yang benar.
·
Superordinate Goals: menggunakan tujuan-tujuan yang lebih tinggi atas kesepakatan bersama.
METODA – METODA PENYELESAIAN
KONFLIK
![]() |
![*](file:///C:/Users/acer/AppData/Local/Temp/msohtmlclip1/01/clip_image001.gif)
![*](file:///C:/Users/acer/AppData/Local/Temp/msohtmlclip1/01/clip_image001.gif)
![*](file:///C:/Users/acer/AppData/Local/Temp/msohtmlclip1/01/clip_image001.gif)
![*](file:///C:/Users/acer/AppData/Local/Temp/msohtmlclip1/01/clip_image001.gif)
![*](file:///C:/Users/acer/AppData/Local/Temp/msohtmlclip1/01/clip_image001.gif)
![*](file:///C:/Users/acer/AppData/Local/Temp/msohtmlclip1/01/clip_image001.gif)
![*](file:///C:/Users/acer/AppData/Local/Temp/msohtmlclip1/01/clip_image001.gif)
![*](file:///C:/Users/acer/AppData/Local/Temp/msohtmlclip1/01/clip_image001.gif)
WISDOM MANAGEMENT
(MANAJEMEN
KEARIFAN)
PENGERTIAN:
Wisdom :
hikmat n. 1 akal sehat, pertimbangan,
kearifan, alasan, kebijaksanaan, wawasan, pemahaman, rasionalitas,
kecerdasan, jelas, persepsi, intelijen,
ketajaman, kecerdasan.
2
pengetahuan, pembelajaran, pengetahuan, pengetahuan, pencerahan.
hikmat
1: pengeluaran atau ilmu pengetahuan atau pencerahan
2: dengan sifat yang memanfaatkan pengetahuan dan pengalaman.
3: kemampuan untuk menerapkan pengetahuan atau pengalaman atau pengertian atau common sense dan wawasan [syn: (kebijaksanaan)]
4: kualitas yang bijaksana dan sensible [syn: (wiseness),
kekukuhan.
1: pengeluaran atau ilmu pengetahuan atau pencerahan
2: dengan sifat yang memanfaatkan pengetahuan dan pengalaman.
3: kemampuan untuk menerapkan pengetahuan atau pengalaman atau pengertian atau common sense dan wawasan [syn: (kebijaksanaan)]
4: kualitas yang bijaksana dan sensible [syn: (wiseness),
kekukuhan.
DEFINISI:
Kearifan adalah keahlian mendasar dari
kehidupan (dalam ranah pragmatika), seperti misalnya perencanaan, pengelolaan
dan peninjauan-ulang terhadap kehidupan.
Orang yang arif dipandang memiliki wawasan
luar biasa dalam perkembangan manusia dan hal-hal yang berhubungan dengan
kehidupan, serta mempunyai penilaian yang tepat, nasihat serta
komentar-komentar yang luar biasa mengenai masalah-masalah hidup yang sulit.
Orang arif yang adalah orang yang
memiliki kepribadian yang seimbang dan terintegrasi (Erikson).
Kearifan merujuk pada cara-cara
berfungsinya orang dewasa.
Kearifan dipandang dapat memberikan
akses kepada tipe-tipe tertentu dari pengetahuan pragmatis dan pengetahuan
berdasarkan pengalaman.
CIRI
MANUSIA ARIF:
Ø
Manusia
yang arif ada 5 faktor berdasarkan 'principal
components analysis‘ : (a) Pemahaman istimewa (exceptional
understanding); (b) Keterampilan Menilai dan Berkomunikasi (judgement
and communication skills; (c) Kompetensi- kompetensi umum (general
competencies); (d) Keterampilan-keterampilan interpersonal (interpersonal
skills); (e) Penuh pertimbangan secara sosial (social unobtrusiveness).
Ø
Kearifan,
adalah pengetahuan yang multidimensional dengan faktor-faktor mendasar yang
secara jelas merupakan kemampuan psikologis.
Ø
Kearifan berbeda dengan : cerdas (intelligent),
perseptif (perceptive), lihai/cerdik (shrewd) dan spiritual.
Ø
Berbeda
antara individu yang arif dari individu-individu yang hanya cerdas, perseptif,
spiritual atau lihai semata.
Ø
Kearifan
itu secara relatif jarang terdapat, karena kearifan tidak hanya memerlukan
perkembangan kepribadian yang luar biasa, tetapi juga fungsi-fungsi kognitif
yang istimewa.
Ø
Oleh
karenanya, perkembangan kognitif tingkat atas memang diperlukan, namun tidak
mencukupi untuk menampilkan suatu kearifan. Individu yang arif, tidak hanya
pandai tapi juga memiliki struktur kepribadian yang memungkinkannya untuk
mentransendensikan kebutuhan-kebutuhan, pemikiran-pemikiran dan
perasaan-perasaan pribadinya. (Orwoll dan Perlmutter (1993), Birren dan Fisher
(1993).
Ø
Kearifan
merupakan suatu konstruk yang multidimensional, merupakan paduan dari
elemen-elemen kognitif, afektif dan konatif. Mereka menjelaskan bahwa sepanjang
kehidupan seseorang, kearifan berkembang sebagai suatu keseimbangan antara
kognisi, konasi (volition) dan afek. Proses kearifan menghasilkan
produk-produk arif, seperti misalnya perencanaan, keputusan-keputusan dan
nasihat.
Karakteristik
Kearifan:
Faktor
I Kondisi Spiritual-Moral
1.
Bertakwa
2.
Religius/beriman
3.
Saleh
4.
Tawakal
5.
Sederhana, bersahaja kehidupannya
6.
Tutur kata halus, lemah lembut, sopan santun
7.
Tabah
8.
Tegas
9
.Berdisiplin
10.
Sabar
11.
Berdedikasi pada tugas
12.
Jujur terhadap diri sendiri maupun orang lain
Faktor
II Kemampuan Hubungan Antar Manusia
1.
Murah hati
2.
Mau berkorban
3.
Penyayang pada semua
4.
Tulus ikhlas
5.
Mengayomi, melindungi
6.
Pemaaf
7.
Penuh pengertian
8.
Dapat menempatkan diri sesuai kondisi
9.
Peduli dan peka terhadap orang lain dan kondisi sekitar
10.
Berterus terang dalam mengutarakan diri
Faktor
III Kemampuan Menilai dan Mengambil Keputusan
1.
Meninjau permasalahan dari berbagai sudut pandang
2.
Lebih memperhatikan kepentingan orang banyak daripada pribadi
3.
Mampu memutuskan secara tepat
4.
Filosofis, berpandangan menyeluruh terhadap kehidupan
5.
Adil
6.
Bertenggang rasa
7.
Berwibawa
8.
Bersedia mendengarkan orang lain
Faktor
IV Kondisi Personal
1.
Mawas diri
2.
Bertanggung jawab
3.
Konsekuen
4.
Percaya diri
5.
Mau belajar dari berbagai sumber dan
pengalaman
6.
Tidak mudah terpengaruh
7.
Demokratis
Faktor
V Kemampuan Khusus /Istimewa
1.
Cerdas/kompeten
2.
Intuitif
3.
Berpengetahuan dan berwawasan luas
4.
Berempati
5.
Lugas, langsung pada pokok persoalan
Kearifan Lokal:
Delapan Watak Pemimpin
Delapan Watak Pemimpin
Konsep yang disebut Astabratha itu
menilai pemimpin antara lain harus memiliki sifat ambek adil paramarta atau
watak adil merata tanpa pilih kasih (Ki Kasidi Hadiprayitno, 2004). Secara
rinci konsep ini terurai dalam delapan (asta) watak: bumi, api, air, angin,
angkasa, matahari, bulan, dan bintang atau dalam bahasa Jawa disebut bumi,
geni, banyu, angin, langit, surya, candra, dan kartika.
1.
Watak
bumi yang harus dimiliki seorang pemimpin mendorong dirinya untuk selalu
memberi kepada sesama. Ini berdasarkan analog bahwa bumi merupakan tempat untuk
tumbuh berbagai tumbuhan yang berbuah dan berguna bagi umat manusia.
2.
Geni
atau api. Pemimpin harus memiliki sifat api. Api adalah energi, bukan materi.
Api sanggup membakar materi apa saja menjadi musnah. Namun, api juga bisa
mematangkan apa saja. Api dalam konteks ini bukan dalam pengertian yang
destruktif, melainkan konstruktif. Semangat api yang konstruktif yang harus
dimiliki pemimpin, antara lain, adalah kesanggupan atau keberanian untuk
membakar atau melenyapkan hal-hal yang menghambat dinamika kehidupan, misalnya
sifat angkara murka, rakus, keji, korup, merusak dan lainnya.
3.
Air/banyu,
adalah watak yang menggambarkan pemimpin harus selalu mengalir dinamis dan
memiliki watak rendah hati, andhap asor dan santun. Tidak sombong. Tidak
arogan. Sifat mengalir juga bisa diartikan bahwa pemimpin harus mampu
mendistribusikan kekuasaannya agar tidak menumpuk/menggumpal yang merangsang
untuk korupsi. Selain itu, seperti air yang selalu menunjukkan permukaan yang
rata, pemimpin harus adil dalam menjalankan kebijakan terkait hajat hidup orang
banyak.
4.
Watak
angin atau udara, watak yang memberikan hak hidup kepada masyarakat. Hak hidup,
antara lain, meliputi hak untuk mendapatkan kehidupan yang layak (sandang,
pangan, papan, dan kesehatan), mengembangkan diri, mendapatkan sumber kehidupan
(pekerjaan), berpendapat dan berserikat (demokrasi), dan mengembangkan kebudayaan.
5.
Surya
atau matahari adalah watak di mana pemimpin harus mampu menjadi penerang
kehidupan sekaligus menjadi pemberi energi kehidupan masyarakat.
6.
Watak
bulan/candra. Sebagaimana bulan yang memiliki kelembutan menenteramkan,
pemimpin yang bijak selalu memberikan rasa tenteram dan menjadi sinar dalam
kegelapan. Ia harus mampu memimpin dengan berbagai kearifan sekaligus visioner
(memiliki pandangan jauh ke depan); bukan memimpin dengan gaya seorang tiran
(otoriter) dan berpikiran dangkal.
7.
watak
bintang/kartika. Sebagaimana bintang menjadi panduan para musafir dan nelayan,
pemimpin harus mampu menjadi orientasi (panutan) sekaligus mampu menyelami
perasaan masyarakat.
8.
watak
langit/angkasa. Dengan watak ini, pemimpin pun harus memiliki keluasan hati,
perasaan, dan pikiran dalam menghadapi berbagai persoalan bangsa dan negara.
Tidak sempit pandangan, emosional, temperamental, gegabah, melainkan harus
jembar hati-pikiran, sabar dan bening dalam memberikan pelayanan kepada
masyarakat. Bukankah inti atau substansi pemimpin adalah pelayan? Pemimpin yang
berwatak juragan adalah penguasa yang serba minta dilayani dan selalu menguasai
pihak yang dipimpin.
Quick dan Quick (1984)
mengkategorikan jenis stres menjadi dua, yaitu:
1. Eustress, yaitu hasil dari respon terhadap stres
yang bersifat sehat, positif, dan konstruktif (bersifat membangun). Hal
tersebut termasuk kesejahteraan individu dan juga organisasi yang diasosiasikan
dengan pertumbuhan, fleksibilitas, kemampuan adaptasi, dan tingkat performance
yang tinggi.
2. Distress, yaitu hasil dari respon terhadap stres
yang bersifat tidak sehat, negatif, dan destruktif (bersifat merusak). Hal
tersebut termasuk konsekuensi individu dan juga organisasi seperti penyakit
kardiovaskular dan tingkat ketidakhadiran (absenteeism) yang tinggi, yang
diasosiasikan dengan keadaan sakit, penurunan, dan kematian.
Kaitan Stres dengan
Psikologi Lingkungan
Ketika tidak mengalami
stres, individu umumnya menggunakan banyak waktunya untuk mencapai keseimbangan
dengan lingkungannya. Dalam keadaan seperti itu, ada waktu-waktu tertentu
dimana kita sebenarnya justru mengalami stres. Bahkan suatu stres terkadang
tidak terkait dengan masalah ketidakseimbangan (disekuilibrium). Ada
waktu-waktu tertentu, dimana lingkungan menyajikan tantangan yang terlalu besar
atau individu dapat menghilangkannya dengan kemampuan coping behavior. Di lain
pihak, individu juga dapat mengalami keduanya. Pada kondisi inilah terjadi
disekuilibrium yang bergantung dari proses-proses fisik, psikologis, dan
fisiologis.
Hal lain yang belum
dibahas adalah elemen-elemen lingkungan yang dapat mempengaruhi proses
terjadinya disekuilibrium maupun ekuilibrium dalam kaitan manusia dengan
lingkungannya. Dalam hal ini stres bisa terjadi ketika individu menjumpai
kondisi lingkungan yang penuh stres sebagai ancaman yang secara kuat menantang
atau melampaui kemampuan copingnya. Sebuah situasi dapat terlihat sebagai suatu
ancaman dan berbahaya secara potensial apabila melibatkan hal yang memalukan,
kehilangan harga diri, kehilangan pendapatan, dan seterusnya (Heimstra &
McFarling, 1978).
Dalam konteks lingkungan
binaan, maka stres dapat muncul jika lingkungan fisik dan rancangan secara
langsung atau tidak langsung menghambat tujuan penghuni, dan jika rancangan
lingkungannya membatasi strategi untuk mengatasi hambatan tersebut, maka hal
itu merupakan sumber stres. Dalam mengulas dampak lingkungan binaan terutama
bangunan terhadap stres psikologis, Zimring (1989) mengajukan dua pengandaian.
Hasil penelitian dari
Levy dkk. (1984) ditemukan bahwa stres dapat timbul dari kondisi-kondisi yang
bermacam-macam, seperti di tempat kerja, di lingkungan fisik, dan kondisi
sosial. Stres yang timbul dari kondisi sosial bisa dari lingkungan rumah,
sekolah, ataupun tempat kerja. Singkatnya, terdapat banyak aspek lingkungan
yang dapat menciptakan stres.
C. Pengaruh Stres Terhadap Perilaku Individu
C. Pengaruh Stres Terhadap Perilaku Individu
Menurut Veitch &
Arkkelin (1995) stres dicirikan sebagai proses yang membuka pikiran kita,
sehingga kita akan bertemu dengan stresor, menjadi sadar akan bahaya,
memobilisasi usaha kita untuk mengatasinya, mendorong untuk melawannya, serta yang
membuat kita berhasil atau gagal dalam beradaptasi. Ketika suatu stresor kita
evaluasi, kita seleksi strategi-strategi untuk mengatasinya, kita lakukan
“pergerakan-pergerakan” tubuh secara fisiologis dan psikologis untuk melawan
stresor, dan lalu mengatasinya dengan suatu tindakan. Jika coping behavior
(perilaku penyesuaian diri) ini berhasil, maka adaptasi akan meningkat dan
pengaruh stres akan menghilang. Sementara jika coping behavior gagal, individu
merasa tidak berdaya atau tidak tahu lagi harus berbuat apa dalam menghadapi
stres, maka stres akan menerus, pembangkitan fisik dan fisiologis tidak dapat
dihindari sehingga penyakit fisik akan menyerang, bahkan akan timbul reaksi
panik berkepanjangan yang bisa menjurus pada timbulnya gejala psikoneurosis
(gangguan jiwa).
Stresor lingkungan,
menurut Stokols (Brigham, 1991; dalam Prabowo 1998), merupakan salah satu aspek
lingkungan yang dapat menyebabkan stres, penyakit, atau akibat-akibat negatif
pada perilaku masyarakat. Stokols mengatakan bahwa apabila kesesakan tidak
dapat diatasi, maka akan menyebabkan stres pada individu. Stres yang dialami
individu dapat memberikan dampak yang berbeda tergantung pada kemampuan
individu dalam menghadapi stres. Individu yang mengalami stres umumnya tidak
mampu melakukan interaksi sosial dengan baik, sehingga dapat menurunkan
perilaku untuk membantu orang lain.
Selye mengamati serangkaian perubahan biokimia dalam sejumlah organisme yang beradaptasi terhadap berbagai macam tuntutan lingkungan, ia mengidentifikasi tiga tahap dalam respon sistemik tubuh terhadap kondisi-kondisi penuh stres, yang diistilahkan General Adaptation Syndrome (GAS).
Selye mengamati serangkaian perubahan biokimia dalam sejumlah organisme yang beradaptasi terhadap berbagai macam tuntutan lingkungan, ia mengidentifikasi tiga tahap dalam respon sistemik tubuh terhadap kondisi-kondisi penuh stres, yang diistilahkan General Adaptation Syndrome (GAS).
Jika diterapkan pada
orang, maka sindrom adaptasi umum dari Selye dapat diuraikan secara singkat
sebagai berikut: Jika seseorang untuk pertama kali mengalami situasi penuh
stres, maka mekanisme pertahanan dalam badan diaktifkan: kelanjar-kelenjar
mengeluarkan atau melepaskan adrenalin, cortisone dan hormon-hormon lain dalam
jumlah yang besar, perubahan-perubahan yang terkoordinasi berlangsung dalam
sistem saraf pusat (tahap alarm). Jika exposure (paparan) terhadap pembangkit
stres bersinambung dan badan mampu menyesuaikan, maka terjadi perlawanan
terhadap sakit. Reaksi badaniah yang khas terjadi untuk menahan akibat-akibat
dari pembangkit stres (tahap resistance). Tetapi jika paparan terhadap stres
berlanjut, maka mekanisme pertahanan badan secara perlahan-lahan menurun sampai
menjadi tidak sesuai, dan satu dari organ-organ gagal untuk berfungsi
sepatutnya. Proses pemunduran ini dapat mengarah ke penyakit dan hampir semua
bagian dari badan (tahap exhaustion).
Menurut Iskandar (1990),
proses terjadinya stres juga melibatkan komponen kognitif, sebagaimana
diperjelas dalam gambar dibawah ini: Stres yang diakibatkan oleh kepadatan
dalam ruang dengan penilaian kognitif akan mengakibatkan denyut jantung
bertambah tinggi dan tekanan darah menaik, sebagai reaksi stimulus yang tidak
diinginkan. Dengan kondisi tersebut, maka seseorang yang berusaha mengatasi
situasi stres akan memasuki tahapan kelelahan karena energinya telah banyak
digunakan untuk mengatasi situasi stres. Dalam berbagai kasus, stimulus yang
tidak menyenangkan tersebut muncul berkali-kali, sehingga reaksi terhadap stres
menjadi berkurang dan melemah. Proses ini secara psikologis dikatakan sebagai
adaptasi. Hal ini terjadi karena sensitivitas neuropsikologis semakin melemah
dan melalui penelitian kognitif situasi stres tersebut berkurang (Iskandar,
1990).
No comments:
Post a Comment